Pendekatan Sunan Kudus dengan Masyarakat Kudus
SunanKudus mendirikan masjid di kota kudus pada tahun 956 Hijriyah bertepatan dengan
1549 Masehi yang diberi nama Masjid Menara Kudus yang masih berdiri hingga
sekarang. Sunan kudus mengajarkan toleransi beragama karena pada saat itu di
kudus beberapa masyarakat yang sudah beragama Islam. Sunan kudus mengajarkan
toleransi beragama agar tercipta kerukunan umat beragama. Sunan Kudus
menyembelih kerbau dan tidak menyembelih sapi untuk menghormati umat hindu
pada hari Qurban sehingga hal itu membuat Durgat hindu tersentuh dan tertarik
masuk ke agama Islam.
Sunan
kudus juga menarik simpati umat budha dengan
membuat pancuran atau padasan wudhu dengan arca diatasnya yang berjumlah
delapan buah, dimana jumlah tersebut adalah jumlah ajaran Asta Sanghika Marga
yang merupakan delapan ajaran agama Budha. Setelah sunan Kudus Menjelaskan
tentang agama Islam yang sebenarnya dan melihat hal tersebut, umat Budha
berbondong-bondong datang ke masjid dan memeluk agama Islam.
Sunan
Kudus juga tidak langsung menentang adat istiadat masyarakat yang melenceng
dari ajaran islam, menabur bunga di sisi jalan, perempatan jalan ataupun
menaruh sesajen di kuburan. Beliau mengarahkan agar fungsi sesajen yang berupa
makanan lebih baik diberikan kepada orang yang butuh makan, orang yang
kelaparan dan berdoa bukan kepada nenek moyang tetapi bedoa dan memohon hanya
kepada Allah SWT agar adat tersebut tidak melenceng dari ajaran. Sunan Kudus
selalu membacakan surat Al Baqarah, dalam bahasa Indonesia berarti sapi yang
membuat Durgat Hindu lebih tertarik untuk mendengarkan.
Cerita dan perjalanan tentang Sunan Kudus bisa anda baca di Cerita Legenda.